TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden dan wakil presiden nomor 01 Jokowi-Ma'ruf Amin menang tujuh angka dari pasangan nomor dua Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di tiga tempat pemungutan suara (TPS) di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I Cengkareng, Jakarta Barat. Penghitungan suara capres-cawapres oleh para pemilih yang disabilitas mental itu berlangsung sekitar satu jam.
Baca juga: Ratna Sarumpaet Pemilu di Rutan Polda Metro, Siapa Pilihannya?
"Kita mulai hitung jam 13.00 teng," ujar Ketua Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) 223 di Panti, Sulthan Iqbal Syahreza, Rabu, 17 April 2019.
Dari pantauan Tempo, penghitungan suara capres-cawapres selesai sekitar pukul 14.10. Pemungutan suara sendiri sudah selesai semua pukul 11.00.
Jumlah warga binaan Panti yang masuk daftar pemilih tetap (DPT) di tiga TPS di Panti sebanyak 492 orang. Namun yang menggunakan haknya hanya 489 orang. "Mungkin ada yang sudah dipulangkan," kata Syahreza.
Jika ditotal dari tiga TPS yakni 221, 222 dan 223, Jokowi-Ma'ruf memperoleh 208 suara. Sedangkan Prabowo-Sandiaga mendapat 201 suara. Total suara tidak sah, 80 lembar.
Kepala Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Maria Margaretha mengatakan para penyandang disabilitas mental di sana sudah diperiksa oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (SpKJ) satu per satu sebelum diizinkan untuk memilih.
"Kita punya warga binaan 834 orang, tapi yang lolos di DPT (daftar pemilih tetap) 492," kata dia di lokasi, Rabu, 17 April 2019.
Maria berujar, warga binaan panti yang lolos sebagai DPT terdiri dari 328 laki-laki dan 164 perempuan. Di sana, para penyandang disabilitas menghuni enam wisma. Masing-masing wisma memiliki lima pendamping atau biasa disebut penyedia jasa lainnya perorangan (PJLP).
Maria menuturkan, saat pencoblosan tadi, pemilih disabilitas mental harus didampingi oleh PJLP yang sehari-hari merawat. Jika di dampingi oleh orang asing, warga binaan tidak akan menurut untuk memilih. "Misalnya saya ini, gak mau dia ngikutin," kata Maria.
Maria mengatakan, selama pemilihan tadi, para pendamping juga harus menjaga emosi pemilih disabilitas agar tetap stabil atau tidak marah-marah. Salah satu caranya, seperti yang dilakukan Maria juga, adalah memberikan reward berupa permen.
Baca juga: Bawaslu Sita Amplop Isi Uang dari Rumah Ketua Gerindra Jakarta
Setelah memilih, para penyandang disabilitas mental dikasih permen. "Atau sambil nunggu kasih permen. Kalau terlalu lama menunggu kasihan, mereka bisa marah," kata pemilik gelar dokter gigi itu.